Thursday, November 1, 2012

Kisah Ayam Kampus Layani Dosen Demi Nilai Kuliah



TRIBUNNEWS.COM MALANG â€" Mahasiswi yang nyambi menjadi "ayam kampus" mengaku kerap mengajak kencan para dosen yang mengajarnya di kampus. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan nilai bagus walau sering tidak masuk kuliah dan tidak maksimal mengerjakan tugas mata kuliahnya.

"Mengajak kencan dosen yang ngajar lebih efektif, tetapi tidak semua dosen diajak dan mau diajak," tutur SF, salah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Malang, saat ditemui di sebuah rumah kontrakan di Kota Malang, Senin (29/10/2012) malam.

Menurut perempuan berusia 21 tahun ini, mengajak kencan adalah senjata terakhir untuk meluluhkan dosen yang killer dan pelit memberi nilai. "Tak jarang para dosen yang pelit akan nilai. Banyak juga dosen yang killer. Disogok pakai uang atau bingkisan jarang mau," kata SF.

"Ya, diajak ketemuan di rumah makan atau di kafe sederhana. Setelah lumayan akrab, mulai memancing ke arah hubungan intim," lanjutnya.
Namun, para dosen, lanjut SF, ternyata tidak mudah untuk diajak berhubungan intim. "Tidak langsung mau. Harus berkali-kali ngajak dan terus didekati. Kalau sudah gol, sudah pasti memberikan nilai bagus walau jarang masuk," akunya.

Ditanya apakah juga dibayar oleh sang dosen? SF mengaku, untuk kelas dosen, gratis. "Karena yang butuh kita. Bukan dosennya. Teman-teman yang berprofesi itu ("ayam kampus") memang sering bolos kuliah. Malas mau ngerjain tugas. Jadinya, berbagai upaya dilakukan agar dapat nilai bagus," katanya.

Setelah berhasil mengajak berhubungan seks dengan oknum dosennya, SF mengaku, para dosen tersebut akhirnya ketagihan. "Tak jarang minta berhubungan lagi. Ya, kita turuti, tetapi sifatnya tidak memaksa. Kalau ngajak via sms. Misalnya, 'ada waktu ketemu?'. Itu cara ngajaknya," beber SF.

Umumnya, kata SF, dosen yang bisa diajak kencan usianya masih muda. Kencannya dilakukan di hotel sederhana. "Kalau dosen ambil hotel sederhana. Tak terlalu mahal. Yang penting aman," kata perempuan yang mewanti-wanti namanya tidak dituliskan ini.

Seperti apa hotel yang dianggap aman itu? SF mengaku hotel yang bukan menjadi langganan "klien"-nya. "Karena kalau dosen, kan, bukan langganan," katanya lantas tersenyum.

Lebih lanjut SF mengaku, awalnya dia tak mau melakukan hubungan seks di luar nikah. Namun, karena dirinya sudah tidak perawan sejak SMA dan sudah terbiasa, akhirnya dia menikmati menjadi "ayam kampus".
"Saya sudah terbiasa dan diakibatkan karena tak perawan lagi. Saat SMA, pacar saya mengajak berhubungan, jika tak mau, akan diputus. Orangtua saya berantakan. Mama cerai dengan papa," keluhnya.

Padahal, SF mengaku berasal dari keluarga kaya. "Papa saya seorang pengusaha. Mama juga pengusaha. Tapi papa selingkuh, mama akhirnya juga selingkuh. Ketahuan cerai. Saya jadi korbannya. Soal uang saya tak kekurangan. Tapi kedua orangtua sudah kurang peduli. Cuma kirim uang saja, tak mau tahu kondisi saya," aku SF.



http://www.tribunnews.com/2012/10/31/ayam-kampus-juga-layani-dosen-demi-nilai

parah bnr km neng..share dimari ya gan lo pny cerita sprti diatas..lulus jd sarjana PSK gan

Original Posted By mr.iy â–º
bukti bahwa uang bukan segalanya, punya ortu kaya yang hanya kirim uang tetapi tidak memperhatikan putrinya sama saja dengan tidak punya ortu


Sumber dari http://kask.us/5091505d20d7192455000049 oleh babhaskar



MALANG, KOMPAS.com â€" Untuk menyamarkan profesinya sebagai "ayam kampus", beberapa mahasiswi di Malang ada yang mengenakan kerudung plus busana tertutup. Trik tersebut digunakan DY dan SF, dua mahasiswi yang bersedia diwawancarai Kompas.com di sebuah kafe di Kota Malang pada Senin (29/10/2012) malam.

"Cara pakai busana muslim atau pakai kerudung sudah biasa dilakukan. Karena kalau di Malang, kabar adanya 'ayam kampus' itu sudah menjadi rahasia umum. Untuk menutupi image negatif itu, harus pakai jilbab," aku DY.

"Jika pakai jilbab, di kalangan mahasiswa sendiri, tergolong bukan 'ayam kampus'. Umumnya, yang diketahui para mahasisiwa dan mahasiswi, 'ayam kampus' itu tidak menggunakan jilbab," nilai DY.

Ia mengatakan, kerudung dipakai saat hanya pergi ke kampus. Di luar kampus, DY mengenakan pakaian biasa. "Kalau ke pelanggan, malah jarang yang mau pakai jilbab. Karena mayoritas pemesannya, tidak suka. Ada juga yang cari berjilbab, tetapi jarang," kata perempuan berkulit putih itu.

Hal yang sama juga diakui SF saat ditemui di rumah kontrakannya di wilayah Dinoyo, Kota Malang. "Hanya saat akan ke kampus pakai jilbab karena pergaulan saya di kampus seperti biasa. Harus tidak ada yang tahu profesi saya, kecuali teman seprofesi," akunya.

Sementara itu, DY dan SF mengaku, setelah keduanya lulus menjadi sarjana, mereka akan meninggalkan profesi "ayam kampus". "Setelah sarjana, profesi ini akan dibuang. Akan menata keluarga yang baik. Makanya, saya menjalin hubungan baik dengan pacar saat ini," ujar DY.

Menjajakan diri kepada pria hidung belang, kata DY, bukan kehendak nurani, tetapi hanya nafsu semata. "Hanya karena jalan pengobat stres, frustasi akibat tak dipedulikan orang tua," keluhnya.

Kebanyakan "ayam kampus", nilai DY, juga tergiur dengan pola hidup mewah, glamor, dan serbainstan. "Kalau tak kunjung sadar, kuliahnya amburadul, dan bisa memutuskan jadi PSK di lokalisasi. Semoga tidak sampai demikian," katanya sembari merundukkan kepala.

Sebelumnya, diberitakan, mahasiswi yang nyambi menjadi "ayam kampus" juga mengaku kerap melayani beberapa dosen yang mengajarnya di kampus. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan nilai bagus walau sering tidak masuk kuliah dan tidak maksimal mengerjakan tugas mata kuliahnya.

"Mengajak kencan dosen yang ngajar lebih efektif, tetapi tidak semua dosen diajak dan mau diajak," tutur SF.

Sementara langganan tetap para "ayam kampus" ini kebanyakan berasal dari kalangan pengusaha dan pejabat. Namun, untuk pejabat, menurut pengakuan DY, kebanyakan dari luar Malang.

Selain itu, ada juga "ayam kampus" yang melayani pemain bola di klub Liga Indonesia. Rata-rata mereka adalah pemain asing.

sumber : http://regional.kompas.com/read/2012/11/01/1606455/Samarkan.Profesi.Ayam.Kampus.Pakai.Kerudung?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktswp

jablay perusak agama islam harus di benahi nich masalah kayak gini

Sumber dari http://kask.us/50926e641ed7197d39000102 oleh arwaniall



YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berbeda dengan pekerja seks komersial yang menjual dirinya secara terbuka di tempat-tempat prostitusi, mahasiswi yang terjun ke bisnis "ayam kampus" cenderung menutupi pekerjaannya itu dan hanya menjajakan "jasa"-nya kepada orang-orang tertentu. Keamanan menjadi alasannya, sebab mereka tidak mau pekerjaannya itu diketahui orang lain.

Kini, dengan meledaknya perkembangan media sosial via internet, para "ayam kampus" pun memanfaatkannya untuk "berbisnis". "Pembicaraan awal menggunakan FB (Facebook), BBM (BlackBerry Messenger) atau YM (Yahoo Messenger). Jika sudah, saya akan menghubungi untuk ketemuan. Kebanyakan dari klien saya adalah om-om," ungkap BG, mahasiswi berumur 24 tahun yang mengaku sudah dua tahun terjun ke dunia ini.

BG dalam perbincangan dengan Kompas.com beberapa waktu lalu mengakui, tidak mudah berkomunikasi dengan para "ayam kampus". Sebab, semua harus melewati rekomendasi dari teman seprofesi atau orang yang sudah pernah berkencan. "Kami tidak ingin pribadi kami ketahuan atau tersebar di mana-mana, karena itu kami sangat sulit dicari. Orang-orang bilang kami ini PSK highclass," tegasnya.
Ketika mereka sudah penasaran maka kami bisa meminta harga mahal, itulah untungnya jika transaksi dilakukan lewat media sosial

Transaksi pun tidak bisa dilakukan dalam satu hari jadi. Klien harus melakukan pendekatan ekstra untuk bisa menjagak kencan. BG sendiri lebih senang di ajak makan, dugem atau nonton. Baru setelah merasa nyaman, transaksi bisa dilakukan.

Usaha ekstra untuk bisa bertemu dan berhubungan itulah yang membuat para klien merasa penasaran. "Ketika mereka sudah penasaran maka kami bisa meminta harga mahal, itulah untungnya jika transaksi dilakukan lewat media sosial," paparnya.

BG juga mengaku pernah hampir jatuh cinta dengan kliennya. Intensitas pertemuan dan perhatian pelanggannya itu membuatnya jatuh hati. "Karena merasa tidak pantas, akhirnya saya memutuskan untuk menjauh," papar BG.

Tarif 'ayam kampus' memang tergolong mahal, terlebih jika dibandingkan dengan PSK di lokalisasi. Untuk sekali "booking" diperlukan biaya antara Rp500.000 sampai Rp 800.000. Harga itu belum termasuk pengeluaran untuk belanja dan makan. "Tarif kencan tergantung di mana ayam kampus itu kuliah. Kalau kuliah di universitas terkenal, maka tarifnya akan lebih mahal dibandingkan dengan yang kuliah di universitas yang biasa-biasa saja," ujar BG lagi.

Berbeda pula dengan PSK di lokalisasi, BG mengaku dalam satu bulan, ayam kampus biasanya hanya melayani 2-3 klien. Klien yang dilayani pun kebanyakan sudah menjadi pelanggan tetap. "Kadang kalau lagi males ya bisa satu bulan tidak cari klien, tapi kalau lagi kebutuhan banyak bisa beberapa kali kencan," ujarnya

Mereka pun lebih memilih tempat kencan yang aman dan cenderung berkelas. "Saya lebih menikmati dan merasa aman jika dilakukan di hotel atau vila di Kaliurang. Lebih aman dan kemungkinan bertemu dengan orang yang kenal sedikit," tutupnya.

http://regional.kompas.com/read/2012/10/30/09220438/Begini.Cara.Ayam.Kampus.Tutupi.Identitasnya.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

KOKOOOOOOK PETOOOOK...ooooh yes ooooooh nooooo

Sumber dari http://kask.us/gXfuJ oleh Ban.N.Dot

Kisah Sang “Ayam Kampus”

 Sebut saja aku Amanda, usia 25 tahun, calon ibu dari seorang anak berusia tiga bulan di dalam rahimku, yang pernah kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di salah satu kota pelajar di Jawa Timur. Tidak sedikit orang yang mengatakan aku pintar, cantik, dan menarik. Tapi rupanya nasib tak setara dengan kecantikan fisikku. Terlahir sebagai anak sulung dari delapan bersaudara, di sebuah kota kecil di Trenggalek, Jatim, perjalanan hidupku bagaikan sebuah cerita sedih bersambung yang tak pernah berakhir … bagaikan sumur tanpa dasar.

Kisahku bermula ketika aku lulus SMU beberapa tahun silam. Meski dengan kondisi ekonomi pas-pasan, aku bertekad ingin menggapai kehidupan masa depan yang lebih baik dengan kuliah. Kedua orang tua mendukungku, bahkan karena ingin anaknya bisa mengangkat status sosial ekonomi keluarga, mereka rela menjual sepetak sawah-satu-satunya benda keluarga yang berharga dan memungkinkan dijual, untuk bekal aku kuliah.

Jadilah aku mahasiswi. Sebagai anak kampung, penampilanku biasa-biasa saja, bahkan banyak yang bilang aku terlalu polos dan lugu, enggak cocok jadi anak kuliahan. Padahal, teman-temanku rata-rata ‘penggila mode’. Apa aku yang salah ambil tempat kuliah ya? Kenapa aku bisa terjebak dalam lingkungan perkuliahan (yang ternyata) mahasiswanya rata-rata dari kalangan ‘the have’? Kembali lagi, mungkin karena aku terlalu kuper, sehingga untuk masuk kuliahpun aku tak punya banyak referensi tentang perguruan tinggi yang harus kupilih. Padahal, di kota itu bejibun PTS bisa kupilih. Bahkan, ada juga PTS yang banyak ‘menampung’ orang udik tapi punya uang kuliah seperti aku. Nasi sudah jadi bubur basi! (Tak mungkin disantap lagi meski sudah disulap jadi bubur ayam).

Untuk menutup perasaan minder dan menghindari ‘sirik mode’, aku sempat memutuskan untuk memakai jilbab. Tapi akhirnya kutanggalkan karena itu tidak membantuku, malah membuatku jadi seperti orang asing. Dan aku sadar betul, ada perasaan tidak tenang dalam hatiku karena jilbab itu kupakai bukan lantaran keikhlasan dan kesadaran, namun semata-mata karena sebab lain. (sekedar tahu, sekarang pun aku memakai jilbab. Namun kali ini kupakai betul-betul karena panggilan hati).

Akhirnya, kegelisahanku tertangkap juga oleh salah seorang dosenku, sebut saja Jerry. Dia lelaki setengah matang, berperawakan tegap, tampan dengan kumis dan cambang khas seorang perlente. Diam-diam laki-laki yang betah membujang dengan usianya yang di atas kepala empat itu terus memperhatikan aku. Dia seakan terus menguntitku, kemanapun aku pergi. Hingga akhirnya, entah kapan mulainya, tak berapa lama dia menjadi teman curhat istimewa bagiku. Bahkan, perlahan-lahan dia mulai membantu keuangan bulananku yang mulai kembang kempis.

Namun ternyata, tidak ada makan siang yang gratis! Semua yang diberikan Jerry kepadaku, harus kutebus mahal dengan kehormatanku. Aku dipaksa menyerahkan keperawananku di sebuah kamar hotel di kawasan wisata tak jauh dari kota tempatku kuliah. Tentu saja, setelah ‘laki-laki biadab’ itu membubuhkan sesuatu di minumanku. Keperawananku sakit, tapi lebih sakit lagi perasaanku. Aku merasa menjadi perempuan paling kotor di dunia. Tiba-tiba saja bayangan wajah ibu, bapak, dan adik-adikku di kampung melintas begitu saja. Semuanya bagaikan ingin menelanku hidup-hidup. Tapi untunglah itu hanya ilusi ketakutan atas segala dosa yang baru saja kulakukan.

Aku menangis sejadi-jadinya. Tapi Jerry nampak tenang. Bahkan dia sama sekali tidak menyatakan penyesalannya. Tak ada kata maaf pun meluncur dari bibirnya. Dia hanya mengatakan bahwa dengan ‘pengorbanan kecil’ ini dia akan membuat hidupku berubah. Berubah? Ya Tuhan …Ternyata yang dia maksud dengan berubah itu adalah merubah Amanda yang kuper, polos dan lugu ini menjadi Amanda yang glamour, bebas, dan binal !

Perlahan namun pasti, perilaku dan kehidupanku pun mulai berubah. Lewat ‘tangan dingin’ Jerry, akhirnya aku menjadi ‘ayam kampus’ berkelas. Bukan hanya antar sesama penganut freesex seperti Jerry yang bisa menikmati tubuhku, tidak sedikit pejabat maupun pengusaha berkantong tebal yang pernah memeluk dan mereguk kenikmatan dariku. Uang pun tak lagi menjadi soal bagiku. Bahkan, sawah bapak yang pernah terjual di kampung sudah berhasil aku ganti dengan yang lebih luas. Begitu juga adikku nomor dua dan ketiga aku kuliahkan, meski tentu saja tak harus sekota denganku. (Karena di kampung aku mengaku menjadi Sekretaris di sebuah perusahaan ternama).

Lama-lama, aku pun menikmati pekerjaan ini. Aku sudah tidak perduli lagi dengan kasak-kusuk di kampus, atau diusir dari satu kos lalu pindah ke kos lain. Entahlah, segala bentuk dosa sudah kulakoni, dari free sexs, membohongi orang tua, termasuk menggugurkan kandungan hingga tiga kali. Dan aku tak lagi berfikir, apalagi berkhayal tentang surga karena aku begitu yakin bahwa tempatku memang di neraka jahanam!

Namun, memasuki tahun ke empat, tepatnya setahun lalu, tiba-tiba aku menemukan sesuatu yang ganjil dalam hatiku. Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah kurasakan, aku jatuh cinta kepada salah seorang pemilik konter handpone langgananku. Keseringan membeli pulsa, menukar handphone, membuatku diam-diam memperhatikan Ramzy-sebut saja begitu. Seorang pemuda yang sangat biasa, ramah, santun, lembut, dan suka mencandaiku dengan kalimat-kalimat yang ‘nyess’ di hati. Yang menarik perhatianku, Al-quran dan sajadah selalu saja menghiasi sudut paling atas rak di konternya.

Obrolan yang saling nyambung, perasaan teduh dan tenang bila menatap matanya, tutur katanya yang lembut, membuatku benar-benar tak berdaya. Hingga singkat kata, kami pun merasa saling cocok hati dan pacaran (meski dengan tata cara versi dia yang sangat sopan). Tak lama setelah saling mengungkapkan perasaan, dia pun melamarku ke kampung. Aku pun bahagia bukan kepalang. Bahkan saking bahagia nya aku lupa bahwa masih ada ‘tembok penghalang’ lain yang bisa saja meruntuhkan kebahagiaanku sewaktu-waktu.

Benar juga. Jerry ternyata tidak terima dengan perlakuanku yang langsung ‘hilang’ begitu saja darinya setelah aku jadian dengan Ramzy. Meski nomor handphone lama sudah kubuang, ternyata dia bisa melacak keberadaanku. akibatnya fatal, dia membeberkan semua aib masa laluku kepada Ramzy yang selama ini kusimpan rapat. Tentu saja Ramzy shock berat. Apalagi aku sempat berbohong kepadanya bahwa keperawananku sudah hilang sejak SMP karena belajar naik sepeda. Duh …aku memang salah, aku tak jujur mengatakan segalanya kepada Ramzy. Tapi aku terlalu sayang, terlalu cinta pada Ramzy dan takut akan kehilangannya. Aku takut kejujuranku akan membuatnya jadi membenciku. Aku merasa benar-benar bersalah. Bahkan seandainya, aku tak ingat banyaknya dosa yang telah kubuat dan tak ingat akan kesempatan bertobat yang telah diberikan Allah SWT, saat ini aku pasti sudah bunuh diri.

Apalagi kini aku tengah mengandung anak Ramzy. Memang usianya baru tiga bulan …namun cukup menjadi alasan kuat bagiku untuk tetap mempertahankan hidup. Meski (mungkin) nantinya Ramzy menceraikan aku setelah jabang bayi lahir, aku pasrah bila memang itu hukuman duniawi yang harus kujalani. Karena ternyata aku masih lebih takut hukum di akherat nanti. Tapi seandainya boleh berharap aku pasti tetap mendambakan Ramzy mau memaafkan aku.

Tapi yang jelas, meski masih serumah, hingga hari ini, dia masih saja diam membisu. Bahkan seolah-olah tidak menyadari kehadiranku di sisinya, sebagai istrinya. Tak ada kata marah, tak ada kata cerai dari mulutnya …namun sikapnya itu membuat aku semakin tersiksa. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Seatap dengan suami sah, tapi tidur sendiri, semuanya sendiri. Bahkan, Ramzy tak mau menyentuh sama sekali makanan yang kuhidangkan. Bila pulang kerja, dia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar shalat. Duh, sampai kapan aku harus bersabar …

Dikisahkan Amanda kepada Redaksijongjava@gmail.com

Surat Dari Amanda ‘Sang Ayam Kampus’

Terimakasih atas kesediaannya telah menjadi tempat curhatku di masa lalu. Aku sendiri tidak menyangka bila respon dan simpati pembaca begitu luar biasa. Terimakasih semuanya.. aku sangat terharu dibuatnya .. Rasanya tidak pantas aku mendapatkan empati begitu tinggi, sedangkan aku cuma seorang mantan ‘ayam kampus’ yang pernah mendedikasikan tubuh
dan harga dirinya, semata-mata hanya untuk sex, kesenangan dan uang , untuk kepentingan duniawi yang memuakkan.

Aku juga minta maaf kepada redaksi yang telah berulangkali menghubungi via e-mail, namun tidak aku balas. Bukannya aku mengabaikan ..tapi hanya karena aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku tulis, aku butuh waktu yang tepat. Apalagi adik-adik yang pernah kukuliahkan sekarang sudah mulai melek internet. Aku takut dan khawatir bila aib yang sampai saat inipun masih aku simpan rapat ini terbaca mereka.

Oh ya … anakku sekarang sudah berumur hampir setahun, laki-laki, sedang lucu-lucunya. Dia kini sedang belajar jalan .. Aku menamainya persis seperti nama ayahnya ..sebut saja Ramzy (maaf aku tidak bisa menyebutkan nama sebenarnya). Laki-laki kecil yang tampan dan cerdas persis seperti ayahnya …

He is my only life! Aku akan selalu menjaganya, menyayanginya, melindunginya dari segala apapun itu .. Karena hanya dia satu-satunya peninggalan terindah yang pernah kudapatkan dari suami terbaikku Ramzy yang hampir setahun pula telah pergi menghadap sang Khalik ..

Ya .. Ramzy telah tiada … dia pergi dengan segala kemuliaan hatinya sebagai seorang suami yang terbaik, yang terindah, yang bijaksana .. semua yang paling baik untuknya. Penyakit jantung-demikian analisa dokter, telah merenggutnya dari sisiku, empat puluh hari tepat setelah kelahiran anak semata wayang kami … Padahal sebelumnya aku sempat berharap, biarlah aku yang mati dulu, agar dia bisa menyalatkan jenazahku kelak ..

Tapi takdir berkehendak lain. Aku juga tidak tahu rahasia apa yang tersimpan dari semua rentetan kehidupan pahit yang tak henti menderaku ini.Ramzy telah lebih dulu meninggalkan kami untuk selamanya …meninggalkan jejak yang terdalam dalam hati dan jiwaku .. Rasanya sakit sekali .. tapi kucoba relakan, agar kedamaian selalu bersamanya ..

Aku sempat terguncang, sulit rasanya menerima kenyataan itu .. namun seiring waktu, seperti pesan almarhum sebelum meninggal,yang seharusnya kusadari itu sebagai firasat ..aku harus menjadi perempuan yang lebih kuat lagi, agar bisa membimbing anak kami agar nantinya bisa menjadi anak yang tegar dan soleh. “.. sebab kita tidak tahu kapan akan mati,” begitu katanya yang disampaikan dengan nada sangat berhati-hati waktu itu.

Semula aku hanya menganggapnya sebagai nasihat biasa ..tapi ternyata itu firasat. Dan kini aku berjanji dalam hati, akan selalu menjaga
amanat itu, sampai kapanpun itu, sampai aku mati. Aku juga berjanji tetap akan menyimpan rapat-rapat sosok dan cinta Ramzy hingga akhir ku menutup mata nanti .. dia adalah laki-laki paling sempurna yang pernah kutemui, tak akan pernah terganti ..

Sedikit flashback .. Dulu, setelah tahu tentang ‘kedok’ku di masa lalu, Ramzy memang sempat sock, mengurung diri dan sepertinya tak mau menyentuh aku lagi. Dibiarkannya aku dalam ribuan pertanyaan, takut, khawatir, penyesalan, sedih berkepanjangan .. bahkan hampir lebih tiga bulan .. dia mengabaikan kehadiranku sebagai istrinya.

Namun di tengah kegundahanku, di saat aku berfikir bahwa dia pasti akan menceraikan aku .. ternyata dugaanku keliru. Ramzy tidak sejahat itu! Di mataku .. ternyata dia adalah ‘jelmaan’ malaikat yang tidak pernah berfikir serendah itu. Itulah .. yang membuatku menyesal akibat terlalu suudzon memiliki pemikiran seperti itu.

Ternyata .. Ramzy dengan sangat tulus … memaafkan aku, memaafkan semua kesalahanku. Bahkan dengan penuh kasih sayang dia membimbingku untuk Istigfar dan mengajakku untuk bersimpuh meminta pengampunan-Nya. Setelah itu dia memandangiku lamaa sekali, ada butiran air menetes di pipinya, aku tak mampu menatapnya .. aku hanya bisa tertunduk .. berbagai perasaan berkecamuk di dadaku .. lalu dia memelukku erat .. erat sekali seakan-akan tak mau melepaskan aku ..

Maaf … bila mengingat saat itu, rasanya aku tak bisa berkata apa-apa .. rasanya aku tak bisa membendung luapan emosi, haru, sedih .. maaf .. cucuran airmata pun rasanya tak kan sanggup mewakili perasaanku .. maaf … aku tak bisa menulis lebih banyak lagi .. terima kasih .. terima kasih ..

Sumbernya http://kaiser7days.wordpress.com/2011/09/09/kisah-sang-ayam-kampus-part-i/
Sumbernya http://kaiser7days.wordpress.com/2011/09/09/kisah-sang-ayam-kampus-part-ii/

1 comment :